Senin, 06 Mei 2013

Apakah Dia Orang yang Tepat untuk Saya?



Judul diatas mungkin seringkali menjadi pertanyaan bagi Anda yang sedang memiliki hubungan romantis dengan seseorang, atau bisa saja sedang menuju ke arah sana setelah melakukan proses pendekatan dengan lawan jenis yang menarik minat Anda. Pertanyaan mengenai hal tersebut sering sekali ditanyakan di setiap sesi konseling atau juga berseliweran di berbagai social media.

 “Abis ngedate sama dia, orangnya baik dan juga bisa ngerti aku apa adanya, apakah dia adalah jawaban dari yang aku cari selama ini?”

Atau pernyataan lain yang umum seperti:

“Kita uda menjalani hubungan ini selama 4 tahun, dan sejauh ini kami saling mengerti satu sama lain, saya telah menemukan belahan jiwa yang selama ini saya cari”.

Masih banyak pertanyaan dan pernyataan lain yang serupa yang tentu saja tidak akan habis jika disebutkan satu persatu disini karena saking banyaknya. Namun satu hal yang pasti, setiap orang selalu berharap dapat menemukan seseorang yang bisa mengisi kehidupan kita, seseorang yang mengerti luar dalam, seseorang yang selalu ada di samping kita, seseorang yang spesial, sosok yang disebut ‘The One”. Pertanyaanya, apakah sosok seperti itu memang ada?

Are You Really The One?
Are you really the one that I’m searching for”? Penggalan kata-kata tersebut mungkin cukup akrab di telinga kita karena merupakan salah satu lagu yang cukup terkenal beberapa tahun yang lalu. Sejak dulu konsep ‘The One’ sudah dikenal lama sekali dengan istilah-istilah romantis seperti ‘Belahan Jiwa’, ‘Pasangan Sehati’, ‘Cinta Sejati’, atau juga ‘Soulmate’. Apapun istilahnya ‘The One’ adalah pribadi yang selalu kita cari dan juga tunggu-tunggu kehadirannya, karena kita PERCAYA bahwa hanya lewat ‘The One’ tersebut kita akan meraih kebahagiaan yang sempurna.

Sayangnya, saya harus mengatakan pada Anda bahwa konsep apapun yang Anda percaya mengenai hal tersebut, mengenai sosok yang disebut ‘The One’ tidak lebih dari sekedar mitos belaka yang absurd, dan tidak berdasar sama sekali.

Mitos tentang ‘The One’
Salah satu mitos yang paling populer dan paling dipercayai banyak orang mengenai konsep ‘The One’ adalah setiap orang (ditakdirkan) hanya memiliki satu orang ‘The One’. Maka dari itu dewasa ini kita dapat melihat bahwa kebanyakan orang MENUNGGU dan MENCARI dengan sabar sosok ‘The One’ tersebut yang biasanya adalah sosok yang merupakan kriteria idaman mereka. Mitos tersebut menyebabkan banyak orang menjadi sulit untuk (memutuskan) berpasangan padahal sosok yang mendekati dirinya tersebut JAUH LEBIH BAIK namun tidak sesuai dengan kriteria idaman si pencari.

Ditambah dengan banyaknya pengaruh media yang selalu menceritakan dan mempromosikan konsep tersebut, semakin banyak orang yang percaya sekaligus tertipu mentah-mentah bahwa sosok tersebut memang ada. Dalam Teori Agenda Setting Media misalnya mengatakan bahwa media massa berlaku sebagai pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa.

Isu-isu tersebut yang akhirnya dipercaya masyarakat selama bertahun-tahun dan menjadi sebuah nilai yang dikonstruksi oleh banyak orang sehingga menjadi sebuah hal yang menjadi kebenaran, demikian kira-kira isi dari Social Construct of Reality Theory yang dikemukakan oleh Peter Berger dan Thomas Luckmann pada tahun 1967. Saya tidak akan bicara banyak soal teori karena saya tahu bahwa otak Anda sudah lelah memikirkan pekerjaan dan tugas yang harus Anda kerjakan, atau Anda sudah muak dengan teori yang ada di skripsi Anda :p

Padahal kenyataannya (hampir) setiap kali Anda menjalin hubungan dengan orang lain, Anda (hampir) SELALU merasa bahwa pasangan Anda saat itu adalah orang yang tepat untuk Anda! Tidak peduli berapa umur Anda saat itu, yang Anda rasakan adalah “Akhirnya saya menemukan orang yang saya cari-cari selama ini, seseorang yang bisa meluluhkan hati saya”! Kalau sekarang Anda sedang tersenyum kecil karena membaca tulisan ini, itu adalah hal yang wajar, karena saat itu yang Anda alami bukanlah perasaan bahagia menemukan sosok ‘The One’ melainkan hanya euforia dari perasaan jatuh cinta yang pada kenyataanya dikendalikan sepenuhnya oleh hormon dopamine, norepinephrine, serta serotonin yang Anda miliki. Helen Fisher seorang antropolog yang terkenal menulis dalam bukunya Why We Love (2004) ,menyebutnya hal tersebut sebagai lust, bukannya attachment – sebuah kondisi yang memungkinkan terciptanya sosok ‘The One’.

Jadi kalau memang konsep ‘The One’ tidak ada, bagaimana dengan orang-orang yang bisa bertahan satu sama lain sampai tua, bahkan meninggal? Saya akan menjelaskannya nanti. Namun yang jelas konsep ‘The One’ yang sudah ditakdirkan itu tidak ada, tetapi kabar baiknya adalah kita (mungkin) bisa membentuk sosok ‘The One’ tersebut.

Tentukan Kriteria Anda
Saat Anda ingin mencari pasangan, tentunya Anda mempunyai beberapa kriteria tertentu yang Anda harapkan ada dalam diri (calon) pasangan Anda. Kriteria masing-masing orang bisa saja berbeda, demikian kriteria calon pasangan Anda san juga Saya. Sayangnya beberapa orang suka memasang kriteria yang tidak realistis, alias berharap atau berekspetasi yang berlebihan terhadap calon pasangan Anda. Ini yang biasanya menyebabkan Anda sulit mempunyai pasangan, atau pun ‘Berat Jodoh’.

Beberapa wanita ingin mempunyai kekasih yang kaya, putih, tampan, seperti Edward Cullen, sedangkan banyak pria ingin memiliki kekasih yang sempurna, cantik, seksi, seperti Cleopatra. Hal-hal semacam inilah yang dikatakan tidak realistis, gila, atau juga tidak wajar.

“Tapi temen gue kok bisa, anak orang biasa aja dan ga cantik, juga ga pinter-pinter banget, dapet pacar orang kaya, anak konglomerat”!?

Jawabannya adalah teman Anda adalah orang yang sangat beruntung dengan skala perbandingan 1:1000000 di dunia ini. Lagipula, itu terjadi pada teman Anda, dan bukan pada diri Anda juga pada orang-orang lainnya. Kenapa harus berfokus pada skala yang kecil tersebut, sedangkan pada kenyataanya lebih banyak orang yang hanya bisa ngarep dengan kondisi tersebut?

Maka dari itu carilah kriteria-kriteria yang sesuai dengan diri Anda. Jika Anda adalah orang yang teralu serius, cobalah cari pasangan yang humoris. Kriteria-kriteria semacam ini dapat membuat hubungan Anda akan jauh lebih bewarna dibanding Anda harus ngarep memiliki pasangan seperti Edward Cullen atau Cleopatra.

Harap diingat, kriteria seseorang juga bisa saja berubah. Kriteria pasangan Anda pada saat sekolah akan berbeda dengan kriteria saat Anda kuliah, dan mungkin bisa saja berubah saat Anda bekerja. Hal itu wajar terjadi, karena manusia merupakan makhluk yang sering berubah-ubah sesuai usia termasuk juga dengan Anda. Misalnya jika Anda saat sekolah ingin memiliki kekasih seorang anak basket atau anggota Modern Dance, saat kuliah bisa saja berubah menjadi anak yang aktif dalam kegiatan mahasiswa, dan pada saat sudah bekerja ingin memiliki kekasih seorang anak rumahan (bagi pria), dan juga seorang profesional (bagi wanita).

Selain mebuat kriteria, tentu saja Anda harus bisa memodifikasi kriteria tersebut saat Anda sudah menjalani hubungan dengan pasangan Anda. Hal itu penting dilakukan karena manusia bisa saja berubah sewaktu-waktu. Sebagai contoh jika dahulu kekasih Anda adalah seorang profesional namun sekarang dia ingin beralih profesi sebagai wiraswasta, tentu saja Anda harus memodifikasi kriteria tersebut, dan mendukung sepenuhnya cita-cita kekasih Anda tersebut.

Memang terkadang sulit sekali untuk menyesuaikan diri apabila mulai terjadi ketidaksamaan atau perubahan dalam hubungan Anda. Namun jika Anda mengikuti prinsip 5K (Komitmen, Kepercayaan, Komunikasi, Kompromi, dan Keintiman) hal tersebut akan membuat hubungan Anda akan bertumbuh ke arah yang lebih baik, dan tentu saja sebagai pasangan yang menjadi penopang hubungan tersebut, Anda sendiri juga akan bertumbuh menjadi pribadi yang lebih matang, dewasa, dan pastinya lebih baik.

Bersyukurlah dengan Apa yang Anda Miliki
Jadi sekarang Anda sudah mengerti, kalau tidak ada sosok ‘The One’ yang datang tiba-tiba kemudian muncul di depan Anda kemudian dia tersenyum pada Anda, dan Anda mengatakan, “Yes, you are the one”. Saya mengerti memang realita lebih kejam daripada mimpi apapun yang Anda percayai atau yang media ekspos selama ini. Tujuan saya sederhana, saya ingin membuka mata banyak orang yang selama ini teralu sibuk terperangkap dalam genjutsu (ilusi) yang mereka ciptakan sendiri. daripada harus larut dalam efek kegalauan yang terlihat manis (karena sejujurnya orang menikmati kegalauan) lebih baik berterus terang sehingga dapat membantu orang menjadi lebih baik dan sehat dalam menjalani hubungannya.

Sejujurnya daripada Anda sibuk dan capek mencari serta menunggu orang yang sempurna alias ‘The One’ tersebut, kenapa Anda tidak menciptakan saja sosok tersebut dalam diri pasangan yang telah Anda miliki sekarang? Hal tersebut jauh lebih memungkinkan karena Anda sudah berada dalam sebuah hubungan. Bersyukurlah dengan apa yang Anda miliki saat ini, karena belum tentu Anda akan mendapatkan pasangan yang seperti dia atau bisa saja mendapat yang lebih buruk.

Memastikan Pasangan Anda sebagai ‘The One’
“Iya gue ngerti apa yang uda dijelasin daritadi, nah sekarang gimana caranya supaya tau kalo dia itu yang terbaik buat gue”?

Well, kalau Anda tanya begitu ke saya, saya sendiri juga tidak tahu apakah dia merupakan kekasih yang terbaik atau bukan untuk Anda. Namun saya bisa memberikan beberapa tips/renungan yang bisa jadi bermanfaat untuk Anda. Coba Anda renungkan dan tanyakan serta diskusikan pada pasangan Anda apakah:

  • ·         Anda dan pasangan Anda memiliki tujuan yang sama dalam hubungan ini?
  • ·         Apakah kalian memiliki kesibukan yang menyulitkan untuk bertemu satu sama lain?
  • ·         Apakah hubungan kalian bisa bertumbuh menjadi lebih baik?


Pertanyaan-pertanyaan tersebut hanyalah sebuah referensi pada Anda dan pasangan untuk menjawab keraguan Anda apakah pasangan Anda tersebut adalah sosok terbaik yang memang telah Anda pilih. Anda dan pasangan Anda bisa saja menambahkan renungan tersebut sebanyak yang kalian mau, karena semakin banyak Anda berdiskusi dan berkompromi dengannya justru secara tidak langsung chemistry yang Anda dapatkan dengan pasangan Anda semakin kuat.

Memang tidak akan pernah yang akan bisa untuk yakin 100% dengan pasangannya, karena ketidaksempurnaan manusia dan manusia bisa saja berubah sewaktu-waktu termasuk juga dengan saya. Jadi hal yang bisa kita lakukan adalah MENJALANKANNYA sebaik mungkin dan BEKERJA SAMA dengan (calon) pasangan kita semaksimal mungkin. Manusia memang boleh berkehendak, namun waktu yang akan menjawabnya karena cinta sejati hanya bisa dibentuk dari kerja sama kalian, bukannya ditemukan begitu saja.

Sebagai penutup, saya akan bercerita mengenai Socrates dengan muridnya Plato.

Wahai guru, apakah hakikat cinta itu?”
Alih-alih memberikan jawaban, Socrates malah menyuruh muridnya,

“Sekarang kau pergilah ke hutan di sana. Carilah satu ranting yang menurutmu paling bagus. Apabila kau sudah menemukannya, artinya kau sudah tahu apa itu cinta”.

Pergilah Plato menuju hutan. Di dalam hutan dia menemukan banyak ranting, berjam-jam dia memilah-milah mana ranting terbaik. Setiap kali dia menemukan ranting yang menurutnya terbaik, baru beberapa langkah berjalan, dia meletakkan ranting yang tadinya dianggap terbaik dan mengambil ranting yang lain, yang dianggapnya jauh lebih baik. Hingga akhir sore tiba, Socrates keluar dari hutan menemui gurunya.

“Setiap aku melangkah, selalu kutemui ranting yang lebih bagus. Aku ingin membawa pulang semuanya, tapi yang kau izinkan hanya satu sehingga membuatku bingung menentukan mana yang terbaik. Setiap kumelangkah, selalu ada ranting yang lebih bagus. Aku selalu mencari kesempurnaan tapi hasilnya aku tak pernah puas.”, tukas Plato.

Socrates menjawab, “Itu lah cinta”.

Apa yang bisa dipelajari dari cerita diatas? Kita akan selalu menemukan orang yang lebih baik daripada pasangan kita, berapa kalipun kita mencoba. Karena akan selalu ada yang lebih baik dan lebih baik lagi di dunia ini, juga sudah menjadi sifat manusia kalau mereka tidak puas dengan pilihan mereka. Maka sebagai kesimpulan dari artikel ini saya akan mengutip ucapan dari Jet Veetlev salah satu Relationship Coach terbaik,

 “The point is most of the time we try to find the perfect partner only to end up disappointed. A perfect partner is your pillow. You will not found someone who is perfect, because you yourself is not perfect. Your current partner is not perfect, but that person believe in you, so the decision is in your hand to believe in your partner as well or not”.

Choice your love and love your choice....

May the love be with you,


Moutiz