Judul diatas mungkin seringkali menjadi pertanyaan bagi
Anda yang sedang memiliki hubungan romantis dengan seseorang, atau bisa saja
sedang menuju ke arah sana setelah melakukan proses pendekatan dengan lawan
jenis yang menarik minat Anda. Pertanyaan mengenai hal tersebut sering sekali
ditanyakan di setiap sesi konseling atau juga berseliweran di berbagai social media.
“Abis ngedate sama dia, orangnya baik dan juga
bisa ngerti aku apa adanya, apakah dia adalah jawaban dari yang aku cari selama
ini?”
Atau pernyataan lain yang umum seperti:
“Kita uda menjalani hubungan ini selama 4 tahun, dan
sejauh ini kami saling mengerti satu sama lain, saya telah menemukan belahan
jiwa yang selama ini saya cari”.
Masih banyak pertanyaan dan pernyataan lain yang serupa
yang tentu saja tidak akan habis jika disebutkan satu persatu disini karena
saking banyaknya. Namun satu hal yang pasti, setiap orang selalu berharap dapat
menemukan seseorang yang bisa mengisi kehidupan kita, seseorang yang mengerti
luar dalam, seseorang yang selalu ada di samping kita, seseorang yang spesial,
sosok yang disebut ‘The One”. Pertanyaanya, apakah sosok seperti itu memang ada?
Are You Really The
One?
“Are you really the
one that I’m searching for”? Penggalan kata-kata tersebut mungkin cukup akrab
di telinga kita karena merupakan salah satu lagu yang cukup terkenal beberapa
tahun yang lalu. Sejak dulu konsep ‘The
One’ sudah dikenal lama sekali dengan istilah-istilah romantis seperti
‘Belahan Jiwa’, ‘Pasangan Sehati’, ‘Cinta Sejati’, atau juga ‘Soulmate’. Apapun istilahnya ‘The One’
adalah pribadi yang selalu kita cari dan juga tunggu-tunggu kehadirannya,
karena kita PERCAYA bahwa hanya lewat ‘The
One’ tersebut kita akan meraih kebahagiaan yang sempurna.
Sayangnya, saya harus mengatakan pada Anda bahwa konsep
apapun yang Anda percaya mengenai hal tersebut, mengenai sosok yang disebut ‘The One’ tidak lebih dari sekedar mitos
belaka yang absurd, dan tidak berdasar sama sekali.
Mitos tentang ‘The
One’
Salah satu mitos yang paling populer dan paling
dipercayai banyak orang mengenai konsep ‘The
One’ adalah setiap orang (ditakdirkan) hanya memiliki satu orang ‘The One’.
Maka dari itu dewasa ini kita dapat melihat bahwa kebanyakan orang MENUNGGU dan
MENCARI dengan sabar sosok ‘The One’
tersebut yang biasanya adalah sosok yang merupakan kriteria idaman mereka.
Mitos tersebut menyebabkan banyak orang menjadi sulit untuk (memutuskan)
berpasangan padahal sosok yang mendekati dirinya tersebut JAUH LEBIH BAIK namun tidak
sesuai dengan kriteria idaman si pencari.
Ditambah dengan banyaknya pengaruh media yang selalu
menceritakan dan mempromosikan konsep tersebut, semakin banyak orang yang
percaya sekaligus tertipu mentah-mentah bahwa sosok tersebut memang ada. Dalam Teori
Agenda Setting Media misalnya mengatakan bahwa media massa berlaku sebagai pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media
massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam
agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada
isu-isu yang dianggap penting oleh media massa.
Isu-isu tersebut yang akhirnya dipercaya
masyarakat selama bertahun-tahun dan menjadi sebuah nilai yang dikonstruksi
oleh banyak orang sehingga menjadi sebuah hal yang menjadi kebenaran, demikian
kira-kira isi dari Social Construct of
Reality Theory yang dikemukakan
oleh Peter Berger dan Thomas Luckmann pada tahun 1967. Saya tidak akan bicara
banyak soal teori karena saya tahu bahwa otak Anda sudah lelah memikirkan
pekerjaan dan tugas yang harus Anda kerjakan, atau Anda sudah muak dengan teori
yang ada di skripsi Anda :p
Padahal kenyataannya
(hampir) setiap kali Anda menjalin hubungan dengan orang lain, Anda (hampir)
SELALU merasa bahwa pasangan Anda saat itu adalah orang yang tepat untuk Anda!
Tidak peduli berapa umur Anda saat itu, yang Anda rasakan adalah “Akhirnya saya
menemukan orang yang saya cari-cari selama ini, seseorang yang bisa meluluhkan
hati saya”! Kalau sekarang Anda sedang tersenyum kecil karena membaca tulisan ini,
itu adalah hal yang wajar, karena saat itu yang Anda alami bukanlah perasaan
bahagia menemukan sosok ‘The One’
melainkan hanya euforia dari perasaan jatuh cinta yang pada kenyataanya
dikendalikan sepenuhnya oleh hormon dopamine,
norepinephrine, serta serotonin yang
Anda miliki. Helen Fisher seorang antropolog yang terkenal menulis dalam bukunya
Why We Love (2004) ,menyebutnya hal tersebut
sebagai lust, bukannya attachment – sebuah kondisi yang
memungkinkan terciptanya sosok ‘The One’.
Jadi kalau memang konsep ‘The One’ tidak ada, bagaimana dengan
orang-orang yang bisa bertahan satu sama lain sampai tua, bahkan meninggal?
Saya akan menjelaskannya nanti. Namun yang jelas konsep ‘The One’ yang sudah ditakdirkan itu tidak ada, tetapi kabar baiknya
adalah kita (mungkin) bisa membentuk sosok ‘The
One’ tersebut.
Tentukan Kriteria Anda
Saat Anda ingin mencari
pasangan, tentunya Anda mempunyai beberapa kriteria tertentu yang Anda harapkan
ada dalam diri (calon) pasangan Anda. Kriteria masing-masing orang bisa saja
berbeda, demikian kriteria calon pasangan Anda san juga Saya. Sayangnya
beberapa orang suka memasang kriteria yang tidak realistis, alias berharap atau
berekspetasi yang berlebihan terhadap calon pasangan Anda. Ini yang biasanya
menyebabkan Anda sulit mempunyai pasangan, atau pun ‘Berat Jodoh’.
Beberapa wanita ingin
mempunyai kekasih yang kaya, putih, tampan, seperti Edward Cullen, sedangkan
banyak pria ingin memiliki kekasih yang sempurna, cantik, seksi, seperti
Cleopatra. Hal-hal semacam inilah yang dikatakan tidak realistis, gila, atau
juga tidak wajar.
“Tapi temen gue kok bisa,
anak orang biasa aja dan ga cantik, juga ga pinter-pinter banget, dapet pacar
orang kaya, anak konglomerat”!?
Jawabannya adalah teman Anda
adalah orang yang sangat beruntung dengan skala perbandingan 1:1000000 di dunia
ini. Lagipula, itu terjadi pada teman Anda, dan bukan pada diri Anda juga pada
orang-orang lainnya. Kenapa harus berfokus pada skala yang kecil tersebut,
sedangkan pada kenyataanya lebih banyak orang yang hanya bisa ngarep dengan
kondisi tersebut?
Maka dari itu carilah
kriteria-kriteria yang sesuai dengan diri Anda. Jika Anda adalah orang yang
teralu serius, cobalah cari pasangan yang humoris. Kriteria-kriteria semacam
ini dapat membuat hubungan Anda akan jauh lebih bewarna dibanding Anda harus
ngarep memiliki pasangan seperti Edward Cullen atau Cleopatra.
Harap diingat, kriteria
seseorang juga bisa saja berubah. Kriteria pasangan Anda pada saat sekolah akan
berbeda dengan kriteria saat Anda kuliah, dan mungkin bisa saja berubah saat
Anda bekerja. Hal itu wajar terjadi, karena manusia merupakan makhluk yang
sering berubah-ubah sesuai usia termasuk juga dengan Anda. Misalnya jika Anda
saat sekolah ingin memiliki kekasih seorang anak basket atau anggota Modern Dance, saat kuliah bisa saja
berubah menjadi anak yang aktif dalam kegiatan mahasiswa, dan pada saat sudah
bekerja ingin memiliki kekasih seorang anak rumahan (bagi pria), dan juga
seorang profesional (bagi wanita).
Selain mebuat kriteria,
tentu saja Anda harus bisa memodifikasi kriteria tersebut saat Anda sudah
menjalani hubungan dengan pasangan Anda. Hal itu penting dilakukan karena
manusia bisa saja berubah sewaktu-waktu. Sebagai contoh jika dahulu kekasih
Anda adalah seorang profesional namun sekarang dia ingin beralih profesi
sebagai wiraswasta, tentu saja Anda harus memodifikasi kriteria tersebut, dan
mendukung sepenuhnya cita-cita kekasih Anda tersebut.
Memang terkadang sulit
sekali untuk menyesuaikan diri apabila mulai terjadi ketidaksamaan atau
perubahan dalam hubungan Anda. Namun jika Anda mengikuti prinsip 5K (Komitmen,
Kepercayaan, Komunikasi, Kompromi, dan Keintiman) hal tersebut akan membuat
hubungan Anda akan bertumbuh ke arah yang lebih baik, dan tentu saja sebagai
pasangan yang menjadi penopang hubungan tersebut, Anda sendiri juga akan
bertumbuh menjadi pribadi yang lebih matang, dewasa, dan pastinya lebih baik.
Bersyukurlah dengan Apa yang Anda Miliki
Jadi sekarang Anda sudah
mengerti, kalau tidak ada sosok ‘The One’
yang datang tiba-tiba kemudian muncul di depan Anda kemudian dia tersenyum pada
Anda, dan Anda mengatakan, “Yes, you are
the one”. Saya mengerti memang realita lebih kejam daripada mimpi apapun
yang Anda percayai atau yang media ekspos selama ini. Tujuan saya sederhana,
saya ingin membuka mata banyak orang yang selama ini teralu sibuk terperangkap
dalam genjutsu (ilusi) yang mereka
ciptakan sendiri. daripada harus larut dalam efek kegalauan yang terlihat manis
(karena sejujurnya orang menikmati kegalauan) lebih baik berterus terang
sehingga dapat membantu orang menjadi lebih baik dan sehat dalam menjalani
hubungannya.
Sejujurnya daripada Anda
sibuk dan capek mencari serta menunggu orang yang sempurna alias ‘The One’ tersebut, kenapa Anda tidak
menciptakan saja sosok tersebut dalam diri pasangan yang telah Anda miliki
sekarang? Hal tersebut jauh lebih memungkinkan karena Anda sudah berada dalam
sebuah hubungan. Bersyukurlah dengan apa yang Anda miliki saat ini, karena
belum tentu Anda akan mendapatkan pasangan yang seperti dia atau bisa saja
mendapat yang lebih buruk.
Memastikan Pasangan Anda sebagai ‘The One’
“Iya gue ngerti apa yang uda
dijelasin daritadi, nah sekarang gimana caranya supaya tau kalo dia itu yang
terbaik buat gue”?
Well, kalau Anda tanya
begitu ke saya, saya sendiri juga tidak tahu apakah dia merupakan kekasih yang
terbaik atau bukan untuk Anda. Namun saya bisa memberikan beberapa tips/renungan
yang bisa jadi bermanfaat untuk Anda. Coba Anda renungkan dan tanyakan serta
diskusikan pada pasangan Anda apakah:
- ·
Anda dan pasangan Anda memiliki tujuan yang sama dalam hubungan ini?
- ·
Apakah kalian memiliki kesibukan yang menyulitkan untuk bertemu satu sama lain?
- ·
Apakah hubungan kalian bisa bertumbuh menjadi lebih baik?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut hanyalah sebuah referensi pada Anda dan
pasangan untuk menjawab keraguan Anda apakah pasangan Anda tersebut adalah
sosok terbaik yang memang telah Anda pilih. Anda dan pasangan Anda bisa saja
menambahkan renungan tersebut sebanyak yang kalian mau, karena semakin banyak
Anda berdiskusi dan berkompromi dengannya justru secara tidak langsung chemistry yang Anda dapatkan dengan
pasangan Anda semakin kuat.
Memang tidak akan pernah yang akan bisa untuk yakin 100% dengan pasangannya,
karena ketidaksempurnaan manusia dan manusia bisa saja berubah sewaktu-waktu
termasuk juga dengan saya. Jadi hal yang bisa kita lakukan adalah
MENJALANKANNYA sebaik mungkin dan BEKERJA SAMA dengan (calon) pasangan kita semaksimal
mungkin. Manusia memang boleh berkehendak, namun waktu yang akan menjawabnya karena cinta sejati hanya bisa dibentuk dari kerja sama kalian, bukannya ditemukan begitu saja.
Sebagai penutup, saya akan bercerita mengenai
Socrates dengan muridnya Plato.
“Wahai guru, apakah hakikat
cinta itu?”
Alih-alih
memberikan jawaban, Socrates malah menyuruh muridnya,
“Sekarang
kau pergilah ke hutan di sana. Carilah satu ranting yang menurutmu paling
bagus. Apabila kau sudah menemukannya, artinya kau sudah tahu apa itu cinta”.
Pergilah
Plato menuju hutan. Di dalam hutan dia menemukan banyak ranting, berjam-jam dia
memilah-milah mana ranting terbaik. Setiap kali dia menemukan ranting yang
menurutnya terbaik, baru beberapa langkah berjalan, dia meletakkan ranting yang
tadinya dianggap terbaik dan mengambil ranting yang lain, yang dianggapnya jauh
lebih baik. Hingga akhir sore tiba, Socrates keluar dari hutan menemui gurunya.
“Setiap aku
melangkah, selalu kutemui ranting yang lebih bagus. Aku ingin membawa pulang
semuanya, tapi yang kau izinkan hanya satu sehingga membuatku bingung
menentukan mana yang terbaik. Setiap kumelangkah, selalu ada ranting yang lebih
bagus. Aku selalu mencari kesempurnaan tapi hasilnya aku tak pernah puas.”,
tukas Plato.
Socrates
menjawab, “Itu lah cinta”.
Apa yang bisa dipelajari dari cerita diatas? Kita
akan selalu menemukan orang yang lebih baik daripada pasangan kita, berapa
kalipun kita mencoba. Karena akan selalu ada yang lebih baik dan lebih baik lagi di dunia ini, juga sudah menjadi sifat manusia kalau mereka tidak puas dengan pilihan mereka. Maka
sebagai kesimpulan dari artikel ini saya akan mengutip ucapan dari Jet Veetlev salah
satu Relationship Coach terbaik,
“The point is most of the time we
try to find the perfect partner only to end up disappointed. A perfect partner
is your pillow. You will not found someone who is perfect, because you yourself
is not perfect. Your current partner is not perfect, but that person believe in
you, so the decision is in your hand to believe in your partner as well or
not”.
Choice your love and love your choice....
May the love be with you,
Moutiz